masukkan script iklan disini
- Iblis ditegaskan oleh para ulama sebagai makhluk dari golongan jin, bukan malaikat
- Riwayat sahabat dan tabi’in menjelaskan bahwa Iblis pernah memiliki kedudukan tinggi sebelum membangkang
- Nama lain Iblis dalam literatur Islam mencakup Azazil, Harits, dan Abu Kardus
Repetisi.net - Pembahasan tentang asal usul Iblis, kedudukan Iblis sebelum durhaka, serta perbedaannya dari malaikat merupakan bagian penting dalam kajian akidah Islam.
Hasan al-Bashri menjadi salah satu ulama yang paling tegas menyatakan bahwa Iblis tidak pernah menjadi bagian dari malaikat.
Ia menegaskan bahwa sifat penciptaan Iblis berbeda. Malaikat diciptakan dari cahaya dan tidak memiliki dorongan maksiat, sedangkan jin—termasuk Iblis—diciptakan dari api dan memiliki kemampuan memilih antara taat dan durhaka.
Penjelasan ini sekaligus menolak anggapan sebagian orang yang mengira bahwa Iblis adalah malaikat yang jatuh dari ketaatan.
Syahr bin Hausyab membawa riwayat yang lebih rinci. Menurutnya, pada mulanya Iblis adalah bagian dari golongan jin yang hidup di bumi.
Namun mereka berbuat kerusakan hingga Allah mengutus sepasukan malaikat untuk menumpas tindakan mereka. Sebagian jin ditawan dan dibawa ke langit, termasuk Iblis.
Di langit inilah Iblis kemudian tumbuh sebagai makhluk yang rajin beribadah, tekun, dan sangat terpuji sebelum kesombongan merusaknya. Riwayat ini menjadi keyword penting dalam tema asal usul Iblis dari golongan jin.
Dalam penjelasan sahabat besar seperti Ibnu Mas‘ud dan Ibnu Abbas, disebutkan bahwa Iblis sempat diberi kedudukan memimpin para malaikat di langit paling bawah. Hal ini bukan karena ia malaikat, melainkan karena ketaatannya sangat tinggi hingga ia dipercaya memegang peran penting di antara para malaikat. Riwayat lain menyebutkan bahwa ia memiliki empat sayap, menunjukkan kedudukan istimewa yang pernah ia miliki sebelum durhaka.
Ibnu Abbas, salah satu sumber utama pengetahuan tafsir dan sejarah para nabi, memberikan rincian tambahan. Ia menyebut bahwa nama asli Iblis adalah Azazil, sebuah nama yang menandakan kemuliaan dan kekuatan dalam ketaatan. Riwayat lain menyebut bahwa namanya adalah Harits, sementara An-Nuqasy mengatakan bahwa kuniahnya adalah Abu Kardus. Semua nama ini merujuk pada fase kehidupan Iblis sebelum perubahan besar yang menjadikannya makhluk terlaknat.
Ibnu Abbas juga menjelaskan bahwa Iblis berasal dari kelompok malaikat penjaga surga bernama Jin. Namun perlu ditegaskan bahwa istilah "malaikat Jin" dalam tradisi klasik bukan berarti ia malaikat, melainkan jenis jin yang tinggal dan bertugas di lingkungan malaikat. Mereka berbeda dari malaikat sejati yang tidak pernah memiliki potensi maksiat. Dari kelompok inilah Iblis tumbuh, memiliki ilmu luas, ibadah banyak, dan kedudukan mulia, sebelum akhirnya diperintah Allah untuk bersujud kepada Adam.
Ketika perintah itu datang, kesombongan masuk ke dalam hatinya. Ia merasa lebih mulia karena diciptakan dari api sementara Adam dari tanah. Di titik inilah tabiat asli jin terlihat: kemampuan memilih untuk taat atau menolak. Iblis memilih pembangkangan, dan pembangkangannya membongkar hakikat dirinya sebagai makhluk yang tidak suci seperti malaikat. Maka Allah mengubah wujud batinnya menjadi setan, menjauhkannya dari rahmat, dan menetapkan hukuman baginya.
Kisah asal-usul Iblis menjadi pengingat akidah tentang bahaya kesombongan, sifat makhluk yang diuji, dan pentingnya istiqamah dalam ketaatan. Pelajaran ini menegaskan bahwa kedudukan tinggi tidak menjamin keselamatan bila hati tidak terjaga dalam ketundukan kepada Allah.
(*)


