masukkan script iklan disini
REPETISI.NET - SUMENEP - Hingga September 2025, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata Sumenep baru menyentuh di bawah 60 persen.
Waktu tinggal empat bulan, namun realisasi jauh dari target yang dipatok Rp1,282 miliar.
Kepala Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep, Mohamad Iksan, menyebut capaian itu jeblok akibat revisi anggaran.
“Awalnya kita sudah mencapai 60 persen, karena tiba-tiba ada kenaikan target PAD wisata, jadi persentase capaiannya menurun lagi,” kata Iksan.
Alasan itu dianggap publik mengada-ada. Kenaikan target hanya Rp100 juta dari rencana awal Rp1,182 miliar. “
Kepala Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep, Mohamad Iksan, menyebut capaian itu jeblok akibat revisi anggaran.
“Awalnya kita sudah mencapai 60 persen, karena tiba-tiba ada kenaikan target PAD wisata, jadi persentase capaiannya menurun lagi,” kata Iksan.
Alasan itu dianggap publik mengada-ada. Kenaikan target hanya Rp100 juta dari rencana awal Rp1,182 miliar. “
Wong naikknya cuma 100 juta, jangan lebay. Ia lupa ingatan paling. Kalau belanja Disbudporapar itu 32 miliar lebih per tahun. PAD 1 miliar lebih saja sudah ngeluh. Dia anak buahnya kerjanya apa ya?” sindir seorang warga.
Iksan berdalih pihaknya menyiapkan promosi digital untuk menarik wisatawan. “Kita akan terus berusaha maksimal untuk mencapai target tersebut meskipun naik,” ucapnya.
Namun strategi ini justru menuai sinisme. Publik menilai langkah digitalisasi promosi datang telat. “Memangnya sebelumnya promosinya lewat apa? Lewat kertas?” kata warga.
Sorotan juga tertuju pada puluhan event yang digelar Pemkab Sumenep. Masyarakat menilai kegiatan itu tidak sebanding dengan hasil. PAD pariwisata tetap seret, sementara anggaran promosi habis untuk acara seremonial.
“Event itu sah-sah saja sebagai hiburan masyarakat. Tapi kalau niatnya meningkatkan UMKM atau kunjungan wisata, konsepnya harus matang, jangan asal-asalan,” ujar seorang warga lain.
Kritik publik mengerucut: alih-alih menghamburkan dana pada event, pemerintah seharusnya fokus pada pembangunan infrastruktur wisata. Jalan menuju destinasi masih rusak, fasilitas minim, akses transportasi buruk.
Kinerja Disbudporapar kini dipertanyakan. Target PAD yang kecil saja gagal dikejar. Publik menuding dinas hanya sibuk dengan agenda seremonial ketimbang bekerja membenahi akar persoalan pariwisata.
Iksan berdalih pihaknya menyiapkan promosi digital untuk menarik wisatawan. “Kita akan terus berusaha maksimal untuk mencapai target tersebut meskipun naik,” ucapnya.
Namun strategi ini justru menuai sinisme. Publik menilai langkah digitalisasi promosi datang telat. “Memangnya sebelumnya promosinya lewat apa? Lewat kertas?” kata warga.
Sorotan juga tertuju pada puluhan event yang digelar Pemkab Sumenep. Masyarakat menilai kegiatan itu tidak sebanding dengan hasil. PAD pariwisata tetap seret, sementara anggaran promosi habis untuk acara seremonial.
“Event itu sah-sah saja sebagai hiburan masyarakat. Tapi kalau niatnya meningkatkan UMKM atau kunjungan wisata, konsepnya harus matang, jangan asal-asalan,” ujar seorang warga lain.
Kritik publik mengerucut: alih-alih menghamburkan dana pada event, pemerintah seharusnya fokus pada pembangunan infrastruktur wisata. Jalan menuju destinasi masih rusak, fasilitas minim, akses transportasi buruk.
Kinerja Disbudporapar kini dipertanyakan. Target PAD yang kecil saja gagal dikejar. Publik menuding dinas hanya sibuk dengan agenda seremonial ketimbang bekerja membenahi akar persoalan pariwisata.
(*)


